27 Agustus, 2007

Kegelisahan Hati

Termenung hati
Termenung mata
Termenung telinga
Termenung ku saat ini

Sesekali diam
Sesekali berteriak lantang
Kadang diam
Kadang lari tak bertujuan

Walaupun berteriak adalah sia-sia
Dan berlari tak berarti
Ku coba tuk bebaskan jiwa
Merdekakan hati

Kini tak kuasa menahan rasa
Kesempitan tiada tara
Sampai ku tak tahu
Harus begini atau begitu
Tak tahu apa
Dan harus bagaimana

Ya Rabbi…………
Yang membolak-balikkan hati
Tolonglah hambaMu yang hina ini
Agar tetap di jalanMu yang lurus ini
Kini dan nanti
Sampai mati

26 Agustus, 2007

Hidup Itu Indah

Pada saat memberikan kuliah tentang Manajemen Stress, Steven Covey mengangkat segelas air dan bertanya pada para siswanya: "Seberapa berat menurut anda kira segelas air ini? "Para siswa menjawab mulai dari 200 gr sampai 500 gr.

"Ini bukanlah masalah berat absolutnya, tapi tergantung berapa lama anda memegangnya. " kata Covey. "Jika saya memegangnya selama 1 menit,
tidak ada masalah. Jika saya memegangnya selama 1 jam, lengan kanan
saya akan sakit. Dan jika saya memegangnya selama 1 hari penuh, mungkin anda harus memanggilkan ambulans untuk saya"

"Beratnya sebenarnya sama, tapi semakin lama saya memegangnya, maka bebannya akan semakin berat. Jika kita membawa beban kita terus menerus, lambat laun kita tidak akan mampu membawanya lagi. Beban itu akan meningkat beratnya." lanjut Covey. "Apa yang harus kita lakukan adalah meletakkan gelas tersebut, istirahat sejenak sebelum mengangkatnya lagi".

Kita harus meninggalkan beban kita secara periodik, agar kita dapat lebih segar dan mampu membawanya lagi. Apapun beban yang ada di pundak anda hari ini, coba tinggalkan sejenak jika bisa, setelah istirahat nanti dapat diambil lagi..

HIDUP INI SINGKAT, jadi cobalah menikmati dan manfaatkan. Hal terindah dan terbaik di dunia ini tak dapat dilihat, atau disentuh, tapi dapat dirasakan jauh di relung hati kita.

KARENANYA JANGAN MUDAH BERPIKIRAN BURUK

Dari: milis

21 Agustus, 2007

Catatan Harian Seorang Pramugari

Coba baca sampai selesai, semoga kita dapat mengambil manfaat darinya. Bahwa kita jangan sampai memandang seseorang itu selalu dari luarnya saja. Dan kita harus sesalu bersyukur dengan apapun yang telah Tuhan berikan kepada kita.

Saya adalah seorang pramugari biasa dari China Airlines, karena bergabung dengan perusahaan penerbangan hanya beberapa tahun dan tidak mempunyai pengalaman yang mengesankan, setiap hari hanya melayani penumpang dan melakukan pekerjaan yang monoton.

Pada tanggal 7 Juni yang lalu saya menjumpai suatu pengalaman yang membuat perubahan pandangan saya terhadap pekerjaan maupun hidup saya.

Hari ini jadwal perjalanan kami adalah dari Shanghai menuju Peking , penumpang sangat penuh pada hari ini.

Diantara penumpang saya melihat seorang kakek dari desa, merangkul sebuah karung tua dan terlihat jelas sekali gaya desanya, pada saat itu saya yang berdiri dipintu pesawat menyambut penumpang kesan pertama dari pikiran saya ialah zaman sekarang sungguh sudah maju seorang dari desa sudah mempunyai uang untuk naik pesawat.

Ketika pesawat sudah terbang, kami mulai menyajikan minuman, ketika melewati baris ke 20, saya melihat kembali kakek tua tersebut, dia duduk dengan tegak dan kaku ditempat duduknya dengan memangku karung tua bagaikan patung.

Kami menanyakannya mau minum apa, dengan terkejut dia melambaikan tangan menolak, kami hendak membantunya meletakan karung tua diatas bagasi tempat duduk juga ditolak olehnya, lalu kami membiarkannya duduk dengan tenang, menjelang pembagian makanan kami melihat dia duduk dengan tegang ditempat duduknya, kami menawarkan makanan juga ditolak olehnya.

Akhirnya kepala pramugari dengan akrab bertanya kepadanya apakah dia sakit, dengan suara kecil dia mejawab bahwa dia hendak ke toilet tetapi dia takut apakah dipesawat boleh bergerak sembarangan, takut merusak barang didalam pesawat.

Kami menjelaskan kepadanya bahwa dia boleh bergerak sesuka hatinya dan menyuruh seorang pramugara mengantar dia ke toilet, pada saat menyajikan minuman yang kedua kali, kami melihat dia melirik ke penumpang disebelahnya dan menelan ludah, dengan tidak menanyakannya kami meletakan segelas minuman teh dimeja dia, ternyata gerakan kami mengejutkannya, dengan terkejut dia mengatakan tidak usah, tidak usah, kami mengatakan engkau sudah haus minumlah, pada saat ini dengan spontan dari sakunya dikeluarkan segenggam uang logam yang disodorkan kepada kami, kami menjelaskan kepadanya minumannya gratis, dia tidak percaya, katanya saat dia dalam perjalanan menuju bandara, merasa haus dan meminta air kepada penjual makanan dipinggir jalan dia tidak diladeni malah diusir. Pada saat itu kami mengetahui demi menghemat biaya perjalanan dari desa dia berjalan kaki sampai mendekati bandara baru naik mobil, karena uang yang dibawa sangat sedikit, hanya dapat meminta minunam kepada penjual makanan dipinggir jalan itupun kebanyakan ditolak dan dianggap sebagai pengemis.

Setelah kami membujuk dia terakhir dia percaya dan duduk dengan tenang meminum secangkir teh, kami menawarkan makanan tetapi ditolak olehnya.

Dia menceritakan bahwa dia mempunyai dua orang putra yang sangat baik, putra sulung sudah bekerja di kota dan yang bungsu sedang kuliah ditingkat tiga di Peking . anak sulung yang bekerja di kota menjemput kedua orang tuanya untuk tinggal bersama di kota tetapi kedua orang tua tersebut tidak biasa tinggal dikota akhirnya pindah kembali ke desa, sekali ini orang tua tersebut hendak menjenguk putra bungsunya di Peking , anak sulungnya tidak tega orang tua tersebut naik mobil begitu jauh, sehingga membeli tiket pesawat dan menawarkan menemani bapaknya bersama-sama ke Peking , tetapi ditolak olehnya karena dianggap terlalu boros dan tiket pesawat sangat mahal dia bersikeras dapat pergi sendiri akhirnya dengan terpaksa disetujui anaknya.

Dengan merangkul sekarung penuh ubi kering yang disukai anak bungsunya, ketika melewati pemeriksaan keamanan dibandara, dia disuruh menitipkan karung tersebut ditempat bagasi tetapi dia bersikeras membawa sendiri, katanya jika ditaruh ditempat bagasi ubi tersebut akan hancur dan anaknya tidak suka makan ubi yang sudah hancur, akhirnya kami membujuknya meletakan karung tersebut di atas bagasi tempat duduk, akhirnya dia bersedia dengan hati-hati dia meletakan karung tersebut.

Saat dalam penerbangan kami terus menambah minuman untuknya, dia selalu membalas dengan ucapan terima kasih yang tulus, tetapi dia tetap tidak mau makan, meskipun kami mengetahui sesungguhnya dia sudah sangat lapar, saat pesawat hendak mendarat dengan suara kecil dia menanyakan saya apakah ada kantongan kecil? dan meminta saya meletakan makanannya di kantong tersebut. Dia mengatakan bahwa dia belum pernah melihat makanan yang begitu enak, dia ingin membawa makanan tersebut untuk anaknya, kami semua sangat kaget.

Menurut kami yang setiap hari melihat makanan yang begitu biasa dimata seorang desa menjadi begitu berharga.

Dengan menahan lapar disisihkan makanan tersebut demi anaknya, dengan terharu kami mengumpulkan makanan yang masih tersisa yang belum kami bagikan kepada penumpang ditaruh didalam suatu kantongan yang akan kami berikan kepada kakek tersebut, tetapi diluar dugaan dia menolak pemberian kami, dia hanya menghendaki bagian dia yang belum dimakan tidak menghendaki yang bukan miliknya sendiri, perbuatan yang tulus tersebut benar-benar membuat saya terharu dan menjadi pelajaran berharga bagi saya.

Sebenarnya kami menganggap semua hal tersebut sudah berlalu, tetapi siapa menduga pada saat semua penumpang sudah turun dari pesawat, dia yang terakhir berada di pesawat. Kami membantunya keluar dari pintu pesawat, sebelum keluar dia melakukan sesuatu hal yang sangat tidak bisa saya lupakan seumur hidup saya, yaitu dia berlutut dan menyembah kami, mengucapkan terima kasih dengan bertubi-tubi, dia mengatakan bahwa kami semua adalah orang yang paling baik yang dijumpai, kami di desa hanya makan sehari sekali dan tidak pernah meminum air yang begitu manis dan makanan yang begitu enak, hari ini kalian tidak memandang hina terhadap saya dan meladeni saya dengan sangat baik, saya tidak tahu bagaimana mengucapkan terima kasih kepada kalian. Semoga Tuhan membalas kebaikan kalian, dengan menyembah dan menangis dia mengucapkan perkataannya. Kami semua dengan terharu memapahnya dan menyuruh seseorang anggota yang
bekerja dilapangan membantunya keluar dari lapangan terbang. Selama 5 tahun bekerja sebagai pramugari, beragam-ragam penumpang sudah saya jumpai, yang banyak tingkah, yang cerewet dan lain-lain, tetapi belum pernah menjumpai orang yang menyembah kami, kami hanya menjalankan tugas kami dengan rutin dan tidak ada keistimewaan yang kami berikan, hanya menyajikan minuman dan makanan, tetapi kakek tua yang berumur 70 tahun tersebut sampai menyembah kami mengucapkan terima kasih, sambil merangkul karung tua yang berisi ubi kering dan menahan lapar menyisihkan makanannya untuk anak tercinta, dan tidak bersedia menerima makanan yang bukan bagiannya, perbuatan tersebut membuat saya sangat terharu dan menjadi pengalaman yang sangat berharga buat saya dimasa datang yaitu jangan memandang orang dari penampilan luar tetapi harus tetap menghargai setiap orang dan mensyukuri apa yang kita dapat.




16 Agustus, 2007

Kasih, sayang dan cinta

Kasih adalah rasa tuk saling berbagi

Sayang adalah sebuah ketulusan

Dan cinta adalah sebuah keikhlasan

Sedangkan cinta sejati adalah

Mencintai seseorang ataupun sesuatu karena Allah

Dan kebencian yang sejati adalah

Membenci sesuatu karena Allah pula

14 Agustus, 2007

Rasa Tak Berdosa

Rasa sayang, rasa suka maupun rasa cinta tak pernah berdosa
Karena Tuhan telah menciptakan mereka untuk kita
Di dalam hati kita
Tiada yang salah dengan mereka
Yang salah adalah ketika rasa itu muncul di waktu yang salah
Yang salah adalah ketika rasa itu muncul kepada sesuatu atau seseorang yang salah
Yang salah adalah ketika rasa itu telah membuat kita menjadi buta
Satu hal yang pasti tentang cinta adalah "dia tidak akan pernah meninggalkan kita"


11 Agustus, 2007

Membaca Sambil Tiduran

Benarkah kebiasaan membaca sambil tiduran ada gangguannya dengan mata minus?
“Bukan posisi membacanya yang sebenarnya menyebabkan mata rusak, tetapi lampu yang menerangi tulisan. Jadi tidak ada hubungan antara posisi tidur sambil membaca dan kelainan mata.”
Pada posisi sambil duduk, lampu menerangi biasanya dating dari atas, sehingga posisi demikian dinilai paling baik. Namun tidak ada salahnya anak-anak atau siapapun, untuk tidak membaca sambil tiduran, apalagi kalau lampu penerangan tidak cukup.

Untuk keperluan membaca, atau juga pekerjaan tangan yang rumit seperti menjahit, melukis, menulis dan sebagainya disarankan menggunakan penerangan dengan bola lampu susu 40 watt. Sebaiknya sinarnya dipusatkan ke objek bacaan atau pekerjaan yang dilakukan. Bola lampu susu tidak silau karena ada filternya. Sedangkan lampu neon tidak disarankan karena sinarnya berupa getaran. Lampu duduk dengan bohlam 60 watt dinilai terlalu terang, sebaliknya dibawah 40 watt terlalu redup. Kurangnya penerangna yang cukup menyebabkan kerja otot terlalu berat sehingga mata mudah lelah dan pedih, dan ini mempercepat timbulnya kelainan miopi.

Sumur Rizki

Aku pernah mendengar seseorang berkata: "Rizki seseorang itu bisa diibaratkan dengan sumur. Kalo ia diambil airnya tiap hari, maka tidak akan habis. Tetapi kalo airnya ga diambil sama sekali, juga ga akan meluap."
Begitu juga dengan rizki kita. Seberapapun besar pengeluaran kita, sampai di tempatnya pasti akan cukup. Karena rizki kita telah di 'jatah' (diatur) oleh yang Maha Kuasa. Jadi ga usah khawatir tentang rizki. Sampai-sampai anak semut yang baru aja ngeliat dunia ini aja udah ditetapkan rizkinya. Tinggal seberapa jauh kita berusaha (ikhtiar). Jangan lupa juga harus dibarengi dengan doa. Kata pepatah "usaha tanpa doa adalah pincang dan doa tanpa usaha adalah buta".

Seberapapun rizki yang kita dapatkan harus tetap kita syukuri. Karena belum tentu jika kita mendapat rizki yang banyak kita akan lebih baik. Allah lebih tahu apa yang terbaik untuk kita. Apapun yang kita anggap baik belum tentu baik untuk kita dan yang selalu kita anggap jelek belum tentu itu buruk untuk kita..
Just say "Alhamdulillahi 'ala kulli haal" (Segala Puji Bagi Allah Dalam Segala Hal)