30 November, 2012

Nyontek itu TIDAK DILARANG...

Sudah jadi paradigma sebagian besar masyarakat, bahwa siswa cerdas/pintar itu sama dengan nilai bagus. Jadi supaya dikatakan pintar (maha)siswa melakukan berbagai cara/usaha untuk mendapatkannya. Menyontek salah satunya. Tidak peduli bagaimana cara mendapatkannya, yang penting hasil akhirnya, yang penting terlihat pintar sebagai pelajar. Begitulah yang ada di dalam pikiran mereka, mungkin termasuk kita yang pernah merasakan sebagai siswa. Kesalahan yang sudah terlanjur menjadi kebiasaan tersebut menjadikannya seakan menyontek itu tidak dilarang asal tidak ketahuan.

Lalu siapa yang hendak disalahkan? Sebelum menuduh orang lain, cek dulu diri kita masing-masing. Bisa jadi menyontek jadi kebiasaan karena orang tua mengajarkan kebohongan. Bisa juga karena guru membiarkan anak didiknya melakukan. Menyontek itu hanya masalah kecil, tidak apa-apa. Yang penting kan nilainya bagus semua. Urusan ilmu yang didapatkan itu urusan belakang, toh tidak semua ilmu pelajaran akan diterapkan dalam pekerjaan dan hidup keseharian. Kata-kata sumbang seliweran membisikkan keraguan, mengajarkan kelemahan.

Membohongi diri sendiri atas kemampuannya, membohongi tiap orang yang melihat nilainya. Memanjakan otak, anggurkan ingatan. Percuma terlihat pintar dengan kecerdasan standar. Nilai bagus secara tidak langsung membebani kita dengan tanggung jawabnya. Tanggung jawab kepada penilai dan pembaca nilai, tanggung jawab atas kemampuan kita yang sebenarnya. Trus kalo tidak nyontek nilainya jadi jelek lalu tidak lulus gimana? Ya, ngulang. Itu resiko.. Kalau pengen pintar, ya belajar!

17 November, 2012

Aliran Suara-Suara Negatif

Kebiasaan yang dilakukan secara berkala akan mempengaruhi perilaku. Seperti ngetik pada keypad, saking hafalnya bisa sms tanpa melihat handphonenya. Suara yang kita dengar dan apa yang kita lihat secara tidak langsung juga akan mempengaruhi pikiran.

Di era derasnya arus informasi ini, berita bisa kita dapatkan dengan cepat dari berbagai sumber. Bisa dipilih jenis informasi yang sesuai dengan minat dan keinginan kita. Termasuk kemudahan dalam memperolehnya sehingga kita tak perlu nonton tv atau baca surat kabar langganan. Hanya dengan modal handphone, tiap orang sekarang bisa menikmati informasi aktual dari bumi belahan manapun. Sambil buka facebook dan atau twitter bisa juga mengetahui berita terbaru, bahkan kadang lebih cepet menyebar melalui media sosial daripada portal berita atau media elektronik lainnya.

Seberapa sering anda membaca dan mendengar berita dalam sehari? Jika diperhatikan berita yang kita konsumsi ternyata lebih banyak berita negatifnya daripada berita positif. Sekali lagi, apa yang kita lihat dan dengar terus menerus secara tidak langsung akan mempengaruhi alam bawah sadar lalu akan mempengaruhi pola pikir.

Perhatikan kata-kata berikut ini: pembunuhan, pemerkosaan, korupsi, kebakaran, banjir, narkoba, kemiskinan, demonstrasi, tawuran, kematian. Lalu bandingkan dengan kata-kata berikut: pembangunan, prestasi, juara, makmur, kreatif, bersih, besar, semangat, naik, perjuangan. Lebih banyak yang mana yang kita dengar dan baca?

Akan sulit untuk membentuk pola pikir positif dengan mengkonsumsi lebih banyak kata-kata negatif daripada yang positif tiap harinya. Apalagi cuma baca gosip selebriti dan ramalan zodiak. Jadi ingat kejadian gempa di Jepang beberapa waktu yang lalu. Media Jepang sengaja tidak memberitakan berita tersebut secara berlebihan, hanya memberitakan kemana jika ingin memberi bantuan atau ingin mencari tahu keadaan keluarganya. Sehingga masyarakat Jepang bisa cepat pulih dari trauma dan keterpurukan.

Maka dari itu saya jarang (dengan sengaja) baca berita bernada negatif. Membuang waktu saja. Portal berita yang saya follow di twitter juga cuma satu, biar timeline tidak penuh dengan berita yang tidak saya butuhkan. Nonton tivi juga jarang banget nonton berita yang isinya kebanyakan berita negatif.

Sudah saatnya kita lebih cerdas dalam memilih dan menyebarkan berita. Kurangi konsumsi kata-kata negatif untuk memudahkan kita membentuk pola pikir positif dan optimis menyambut masa depan cerah. Sebarkan berita-berita positif yang membangun. Ciptakan suasana yang kondusif untuk lingkungan yang lebih baik. Untuk indonesia yang lebih baik.