Akhirnya, satu lagi mimpiku dan mimpi ibuku tercapai. Saya sudah resmi menjadi sarjana. Alhamdulillah, lulus strata satu dalam waktu empat tahun dan mutung cuti cuma satu semester.
Niat awal kuliah pengen dapat pekerjaan yang lebih layak, bisa kerja sambil kuliah. Pengennya gitu. Tapi semakin ke sini jadi mikir lagi, ternyata kuliah tak semudah memasak air. Mencari ipk 2,75 saja sulit, tak seperti yang dipikirkan dulu. Sampai-sampai di tahun ke tiga pernah mutung tidak ikut ujian karena hingga sebulan sebelum ujian belum bisa belajar karena belum mendapatkan modul. Uang registrasi mata kukiah empat ratusan ribu hilang begitu saja. Kesulitan mencari nilai B apalagi A membuatku mikir lagi tentang niat awal. Kemudian memutuskan untuk melanjutkan lagi kuliah hingga lulus. Kalau dihitung-hitung dulu satu semester habisnya kurang dari sejuta, pernah cuma enam ratusan ribu. Murah pakai banget, pikirku. Sayang jika tidak diselesaikan.
Memilih +Universitas Terbuka (UT) karena biar tidak mengganggu jam kerja. Belajar bisa kapan saja, ujian di hari Ahad. Memilih jurusan Manajemen, karena sudah lama pengen wirausaha (tapi sampai sekarang masih menjadi karyawan). Dan kuliah di UT lebih fleksibel untuk karyawan seperti saya. Mulai kuliah saat kerja di Semarang, lalu pindah di Pemalang, terakhir kembali lagi ke Salatiga. Tempat ujian juga bisa menyesuaikan. Biaya yang begitu murah juga menjadi salah satu alasan mengapa saya memilih UT. Dari semeseter pertama hingga semester ke tujuh biaya per semester cuma 60 ribu rupiah dan per sks cuma 20 ribu rupiah. Baru di semester terakhir kemarin biaya naik menjadi 75 ribu rupiah per semester dan 35 ribu rupiah per sks, jadi cukup mahal untuk saya.
Niat awal kuliah pengen dapat pekerjaan yang lebih layak, bisa kerja sambil kuliah. Pengennya gitu. Tapi semakin ke sini jadi mikir lagi, ternyata kuliah tak semudah memasak air. Mencari ipk 2,75 saja sulit, tak seperti yang dipikirkan dulu. Sampai-sampai di tahun ke tiga pernah mutung tidak ikut ujian karena hingga sebulan sebelum ujian belum bisa belajar karena belum mendapatkan modul. Uang registrasi mata kukiah empat ratusan ribu hilang begitu saja. Kesulitan mencari nilai B apalagi A membuatku mikir lagi tentang niat awal. Kemudian memutuskan untuk melanjutkan lagi kuliah hingga lulus. Kalau dihitung-hitung dulu satu semester habisnya kurang dari sejuta, pernah cuma enam ratusan ribu. Murah pakai banget, pikirku. Sayang jika tidak diselesaikan.
Memilih +Universitas Terbuka (UT) karena biar tidak mengganggu jam kerja. Belajar bisa kapan saja, ujian di hari Ahad. Memilih jurusan Manajemen, karena sudah lama pengen wirausaha (tapi sampai sekarang masih menjadi karyawan). Dan kuliah di UT lebih fleksibel untuk karyawan seperti saya. Mulai kuliah saat kerja di Semarang, lalu pindah di Pemalang, terakhir kembali lagi ke Salatiga. Tempat ujian juga bisa menyesuaikan. Biaya yang begitu murah juga menjadi salah satu alasan mengapa saya memilih UT. Dari semeseter pertama hingga semester ke tujuh biaya per semester cuma 60 ribu rupiah dan per sks cuma 20 ribu rupiah. Baru di semester terakhir kemarin biaya naik menjadi 75 ribu rupiah per semester dan 35 ribu rupiah per sks, jadi cukup mahal untuk saya.