Tampilkan postingan dengan label opini. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label opini. Tampilkan semua postingan

01 Juni, 2013

Rokok (sekali lagi): pembiasaan

Merokok bukan tentang kebiasaan. Ini adalah benda adiksi yang "dibiasakan" oleh Iklan industri rokok dengan menyembunyikan bahaya sebenarnya. Apakah Rokok yang berwajah "beasiswa" terlihat mengandung candu yang menyebabkan ketagihan? Apakah Rokok yang berwajah "pertandingan olahraga" terlihat sebagai barang yang mengandung 60 zat penyebab kanker/karsinogen? Ketika rokok berwajah "beasiswa" tidak akan terlihat bahwa nikotin di dalamnya sungguhnya menjerat generasi muda. Ketika rokok berwajah "olahraga" tak akan terlihat bahwa asap dan racunnya sesungguhnya dapat menyebabkan hilangnya nyawa.
"Pembiaran yang dilakukan pemerintah terhadap generasi muda yang merokok sudah seperti depopulation program". -Panjaitan-

Masih yakin sponsor rokok baik hati? Bukankah itu ajang mereka 'numpang' ngiklan di acara2 yg sesunggnuhnya positif? Karena (pengusaha) rokok akan mengeluarkan berapapun uang agar produknya "terlihat baik" dan setelah orang-orang terjebak kecanduan, mereka tak peduli.

Paragraf di atas adalah twit dari @kitakorban, yaitu Aliansi Masyarakat Korban Rokok Indonesia, sebuah aliansi beranggotakan survival, pasien, dan keluarga yang peduli pengendalian masalah merokok di Indonesia. Sebenernya mau diposting di hari tanpa tembakau sedunia kemarin, tapi karena kesibukan baru sempat dipublish hari ini. Beberapa kata yang mungkin bisa mengingatkan kita sebelum dokter yang mengingatkannya.

Dengan nama apapun, rokok adalah rokok. Racun tetaplah racun. Jika ada yang bilang "Sudah bertahun-tahun merokok nyatanya tidak mati", mungkin dia berlum pernah periksa ke dokter untuk memeriksakan paru-parunya. Ada lagi yang bilang "Kamu kira perokok suka asap rokok? Nggak! Makanya asap rokok tidak ditelan tapi dikeluarkan lagi". Sebuah kejujuran bahwa perokok ternyata juga tidak suka asap rokok, tapi tetap saja dihisap. Nggak suka kok masih dihisap tiap hari?

17 Maret, 2013

Bandung #2: Ketidakteraturan Lantas

Cerita kedua dari kota kembang. Kali ini bukan tentang tenpat wisata, kuliner atau tempat menarik lainnya. Sharing saja apa yang saya temui di sekitar tempat kerja dan apa yang terlihat mata. Di sini saya jarang sekali "keluar" untuk sekedar jalan-jalan. Selain karena kerjaan, mungkin sebab lainnya yaitu cuaca, buta jalan, dan atau macet. Mungkin juga karena belum tahu tempat yang menarik untuk dikunjungi. Tepatnya sih belum ada yang mengajak (lagi).

Menjadi kota besar mengakibatkan kota ini menjadi padat, sesak. Termasuk kendaraan. Sedikit kaget ketika pertama kali melewati jalanan Bandung. Pengguna kendaraan di jalan sungguh luar biasa.....nekatnya. Nekat waktu menyalip, menyeberang, cari jalan. Terutama untuk pengendara sepeda motor. Tapi ada benernya juga sih, pas macet kalau ga lincah ya harus ekstra sabar. Katanya ketidakaturan ini bukan hanya di kota Bandung saja, banyak yang lebih parah malah. Tapi yang saya lihat dengan mata kepala sendiri baru di sini.

30 November, 2012

Nyontek itu TIDAK DILARANG...

Sudah jadi paradigma sebagian besar masyarakat, bahwa siswa cerdas/pintar itu sama dengan nilai bagus. Jadi supaya dikatakan pintar (maha)siswa melakukan berbagai cara/usaha untuk mendapatkannya. Menyontek salah satunya. Tidak peduli bagaimana cara mendapatkannya, yang penting hasil akhirnya, yang penting terlihat pintar sebagai pelajar. Begitulah yang ada di dalam pikiran mereka, mungkin termasuk kita yang pernah merasakan sebagai siswa. Kesalahan yang sudah terlanjur menjadi kebiasaan tersebut menjadikannya seakan menyontek itu tidak dilarang asal tidak ketahuan.

Lalu siapa yang hendak disalahkan? Sebelum menuduh orang lain, cek dulu diri kita masing-masing. Bisa jadi menyontek jadi kebiasaan karena orang tua mengajarkan kebohongan. Bisa juga karena guru membiarkan anak didiknya melakukan. Menyontek itu hanya masalah kecil, tidak apa-apa. Yang penting kan nilainya bagus semua. Urusan ilmu yang didapatkan itu urusan belakang, toh tidak semua ilmu pelajaran akan diterapkan dalam pekerjaan dan hidup keseharian. Kata-kata sumbang seliweran membisikkan keraguan, mengajarkan kelemahan.

Membohongi diri sendiri atas kemampuannya, membohongi tiap orang yang melihat nilainya. Memanjakan otak, anggurkan ingatan. Percuma terlihat pintar dengan kecerdasan standar. Nilai bagus secara tidak langsung membebani kita dengan tanggung jawabnya. Tanggung jawab kepada penilai dan pembaca nilai, tanggung jawab atas kemampuan kita yang sebenarnya. Trus kalo tidak nyontek nilainya jadi jelek lalu tidak lulus gimana? Ya, ngulang. Itu resiko.. Kalau pengen pintar, ya belajar!

23 Desember, 2011

Punk juga Manusia

Berawal dari berita yang beredar di media Indonesia bahkan sampai Malaysia tentang punk, saya jadi tertarik untuk share. Berbagi cerita sewaktu awal-awal saya mulai menerima gaji. Setahun pertama kali kerja di pinggir jalan, di depan kampus terbesar di kota kecil Salatiga. Cerita waktu saya belum kenal dengan yang namanya email. Cerita masa lalu sekitar tahun 2005 atau 2006 (agak lupa). Lokasi berjualan dekat dengan jalan lampu merah, jalan besar pula. Lokasi yang memang biasanya dijadikan mangkal anak-anak punk untuk ngamen.

Karena hampir setahun hampir setiap hari kami bertemu, secara otomatis saya sedikit kenal dengan beberapa dari anak punk. Cuma kenal aja, bukan sebagai teman dekat apalagi sahabat. Ada 3 orang yang saya cukup kenal waktu itu. Pertama Hoho' (bukan nama sebenarnya), punk yang lama tinggal di Salatiga. Dikenal dengan penunggu kantin kampus. Banyak cewek kampus yang kenal dengannya. Kerjaannya parkir di depan kampus, di depan saya berjualan. Yang kedua, Ucil (bukan nama sebenarnya juga). Kalau dia bukan asli Salatiga tapi waktu itu sering di Salatiga. Sama seperti Hoho', jarang mandi dan ganti pakaian. Ucil ini seperti punk-punk yang saya temui di pinggir jalan lainnya. Dia kadang ke luar kota bersama punk lainnya. Kerjaannya ngamen di warung-warung depan kampus dan kadang di lampu merah (sekitar 50m dari gerbang kampus) dengan lagu wajib Punk Rock Jalanan. Yang ketiga, Amed (bukan nama sebenarnya). Kerjaannya bersama Hoho' jaga parkir (ilegal) di depan kampus. Dia juga dipasrahi beberapa pedagang untuk bongkar/pasang tenda tempat berjualan. Yang membuat beda Amed dari punk lainnya adalah dia sudah punya istri (entah itu istri sah atau tidak), punk juga.

23 November, 2011

Kejujuran dalam contekan

2 hari, tepatnya tanggal 13 dan 20 November 2011 kemarin saya sebagai mahasiswa teladan harus mengikuti UAS yang diselenggarakan oleh pihak universitas dengan persiapan seadanya. Tidak lupa alat tulis menulis: pensil, penghapus, isi cutter (ya,cuma isinya karena cutternya entah kemana), landasan untuk nulis dan tentunya kartu tes. Dengan intensitas belajar yang sangat kurang, persiapan mental juga wajib disiapkan.


Dari dulu guru kita sering mengingatkan masalah yang satu ini, yaitu menyontek. Bukan cuma mengingatkan bahkan ada guru yang mengancam memberi nilai E atau 5 bahkan tidak memberi nilai bagi yang ketahuan menyontek. Syerem! Tapi namanya juga usaha, sebagian murid/mahasiswa tetap saja nekat mencuri-curi waktu dan kesempatan untuk menyontek. Ada beberapa photo yang berhasil saya ambil waktu ujian di Pekalongan 2009 yang lalu, silakan lihat di gallery multiply saya. Ya, mereka menyebut itu sebagai usaha. Tapi apakah usaha yang mereka maksud itu sudah benar? Yang aku tahu dengan menyontek kita telah membohongi diri sendiri dan orang lain. Tidak/kurang percaya pada kemampuan diri sendiri dan terlalu sibuk dengan penilaian orang lain. Sibuk dengan penilaian orang lain tentang nilai yang menentukan prestasi. Harusnya kita sibuk dengan sesuatu yang lebih penting yaitu ilmu. Lulus dengan nilai tinggi hanya menjamin penilaian orang lain terhadap kemampuan atau kepintaran kita, tapi tidak akan menjamin kita akan sukses.

23 Mei, 2011

Tidak Suka ya Tidak Usah Baca

Itu komentar seseorang di salah satu berita setelah ada beberapa orang yang berkomentar negatif tentang artikel berita tersebut. Artikel yang kontroversial memang mengundang orang untuk berkomentar. Entah itu komentar pro maupun kontra. Di dunia maya memang belum ada peraturan khusus tentang etika berkomentar (kecuali UU ITE) jadi siapapun bebas berkomentar apapun tentang suatu artikel. Tapi masih ada hak si pemilik artikel atau pemosting artikel, jika kurang berkenan bisa menghapus secara sepihak komentar yang kurang disukainya.

Saya masih heran, kok ya ada orang yang berkomentar seperti itu. Apakah dengan tidak membaca artikel yang tidak kita sukai topik/judulnya masalah jadi selesai? Tidak! Tujuan mengkritik sebuah artikel kan macem-macem. Mungkin ingin memberitahu kepada pembaca atau penulis tentang kekurangan pada artikel tersebut. Atau ingin memberi solusi. Atau ingin... yang lainnya. Dan tidak ada yang salah dengan memberitahu sebuah kebaikan. Bagaimana jika pernyataan itu dibalik "Tidak suka ya tidak usah baca komen saya"? Apa salahnya berkaca (pada hati) sebelum mengeluarkan isi kepala, bagaimana jika perkataan itu kembali kepada kita?

Eh,ini aku ngoceh apa ya? Ah,tahu lah..
Isi tiap otak tidak ada yang sama, pikiran tiap kepala jelas berbeda. 

23 Maret, 2011

Kesombongan Komunitas Jejaring Sosial

Media sosial bisa dibilang sudah menjadi kebutuhan sehari-hari bagi sebagian orang. Media sosial dijadikan sebagai salah satu lahan untuk berinteraksi sesama penggunanya, seperti halnya di dunia nyata. Saling menyapa, berkomentar dan berbagi informasi. Salah satu bentuk media sosial yang berkembang pesat adalah jejaring sosial. Hal yang mendorong seseorang untuk ikut dalam jejaraing sosial adalah kita bebas menjadi apa dan siapa saja di sana, bebas menyampaikan pendapat secara terbuka.

Menurut Antony Mayfield dari iCrossing, media sosial adalah mengenai menjadi manusia biasa. Manusia biasa yang saling membagi ide, bekerjasama, dan berkolaborasi untuk menciptakan kreasi, berfikir, berdebat, menemukan orang yang bisa menjadi teman baik, menemukan pasangan, dan membangun sebuah komunitas. Intinya, menggunakan media sosial menjadikan kita sebagai diri sendiri.

Seperti halnya dalam dunia nyata, kumpulan orang di jejaring sosial yang mempunyai kesamaan hobi/minat, tujuan atau kesamaan regional akan cenderung untuk membuat suatu komunitas. Sesama anggota dalam komunitas biasanya akan lebih akrab dibanding dengan orang di luar anggota komunitas. Dalam jejaring sosial yang sama, keakraban dalam komunitas dan besarnya komunitas tidak jarang membuat iri orang di luar anggota yang menjadikan mereka ingin pula ikut di dalamnya. Ingin merasakan juga canda tawa bersama.

Sikap iri tersebut biasanya datang dari pendatang baru di jejaring sosial atau bahkan di dunia online. Sebagai pendatang baru (newbie), biasanya memandang mereka yang ikut dalam komunitas hanya berinteraksi sesama komunitasnya, sibuk ngobrol sendiri antar anggota komunitas. Sehingga terlihat seperti geng dan menimbulkan eksklusifisme. Newbie jadi merasa dicuekin dan merasa yang ikut komunitas sok gaul, cool dan 'sombong'. Padahal tidak semua anggota komunitas memiliki sifat yang disebutkan itu.

16 November, 2010

Berbagi sampah

Apa sih sampah itu? Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses (Wikipedia). Tentunya kita tahu material sisa tersebut jika dibiarkan bertambah dan menumpuk di bumi bisa mengakibatkan bertambahnya suhu bumi atau istilah kerennya global warming. Untuk itu, usahakan setidaknya mengurangi sampah mulai dari hal yang kecil. Perhatikan setiap proses yang kita lakukan, apakah sisanya bisa dipergunakan lagi atau memang harus dibuang. Jika harus dibuang, buang kemana.

Berbagi sampah, sesuatu yang kadang tidak kita sadari tapi telah kita lakukan. Seperti ketika kita membuang sampah di sungai, maka kita telah berbagi sampah dengan warga sekitar sungai yang dilewati sungai tersebut. Disaat kita membuang sampah di tepi jalan, tanpa kita sadari kita telah berbagi sampah dengan pengguna jalan yang lain dan dengan tukang sapu. Daripada berbagi sampah, kenapa tidak berbagi rezeki? Atau paling tidak berbagi senyum? :)

02 Juli, 2010

Twit, Retwit dan Reply

Twitter, situs microbogging yang satu ini mulai dilirik banyak orang yang sudah mulai bosen dengan facebook. Walaupun dibatasi cuma 140 karakter dalam membuat tulisan, ternyata tidak membuat twitter sepi pengakses (termasuk saya). Bahkan banyak yang lebih suka twitter daripada facebook.

Berikut beberapa istilah dalam twitter yang sering kita temui:
Time line: kumpulan kicauan para pemilik akun di Twitter
Trending topic: topik yang paling banyak dibicarakan para pengguna twitter
Mention: twit yang terdapat @username didalamnya
Hashtag: kata atau kumpulan kata yang diawali dengan # (tanda pagar) untuk memudahkan pencarian suatu topik tertentu.
Twit/Tweet: kicauan pengguna twitter
Retwit/Retweet: kutipan twit akun lain
Reply: balasan twit akun lain
Derect message: pesan khusus yg hanya bisa dibaca oleh akun yang kita kirimi pesan.

Di sini saya cuma pengen berbagi pengalaman tentang 2 hal yang sering terjadi salah paham antara reply dan retwit. Bagi pengguna twitter tentunya kita sudah tahu yang namanya RT (bukan ReplyTo apalagi RukunTentangga tapi ReTweet). Banyak pengguna twitter (termasuk saya dulu) yang menggunakan RT untuk reply, padahal dari namanya saja sudah beda. RT yang seharusnya digunakan untuk meneruskan twit, jadi ReplyTo untuk saling berbalas twit.

13 Februari, 2010

Iri Jam Kerja

Pagi yang cerah, pagi yang indah untuk memulai ibadah. Bekerja pun bisa jadi ibadah jika memang itu yang menjadi niat kita :).

Salah satu yang menjadi tolok ukur rajin tidaknya seorang karyawan adalah absennya. Pegawai yang rajin masuk (dan tidak telat) tentunya akan mendapat perhatian yang berbeda dengan yang sering ijin atau cuti. Baik itu perhatian dari Bos maupun dari karyawan yang lain. Bos bisa menilai (dengan kasar) mana yang rajin dan mana yang tidak dari absennya. Sebagai sesama karyawan tentunya ada sedikit 'iri' (padahal ga boleh iri pada hal itu ya :( ) jika seorang karyawan yang sering ijin atau cuti mendapat perlakuan yang sama dengan yang rajin masuk kerja.

02 Februari, 2010

Amplop Keikhlasan

Salah satu syarat diterima ibadah kita yaitu ikhlas. Karenanya, akan sia-sia jika ibadah atau amalan kita tidak didasari atas keikhlasan. Entah itu amalan yang berhubungan dengan Allah maupun dengan sesama manusia. Sering kali karena entah itu karena diri kita sendiri ataupun karena orang lain, niat kita dalam beramal jadi berubah. Misal kita keraskan bacaan Qur'an supaya didengar orang lain. Yang tadinya sholat khusyuk, karena sholat di dekat mertua sholatnya jadi lebih (terlihat) khusyuk. Yang tadinya memberi pengemis karena iba, karena melihat temennya melintas, ia mengeluarkan uang (untuk pengemis) lebih banyak.

Sudah sepantasnya jika kita membantu teman, tetangga atau saudara yang sedang membutuhkan bantuan. Seperti halnya jika ada yang sedang mempunyai hajat. Niat kita ya benar-benar mau membantu, bukan karena cuma ikut-ikut tetangga, terpaksa membantu karena mereka saudara atau karena lasan lainnya. Dengan rasa ikhlas, hati kita akan jadi tenang. Karena ibadah yang ikhlas akan membuat hati kita menjadi tenang.

Keikhlasan sangat dibutuhkan ketika memberi. Memberi uang kepada pengemis, memberi bantuan kepada saudara, bemberi hadiah kepada teman. Sabtu kemarin [30-01-10] keluarga kami ada hajat (nikahan adek) dan saya tersadar arti keihklasan saat membantu membuka amplop para 'pengunjung' hajatan keluarga kami. Di situ terlihat bermacam-macam amplop beserta isinya. Ada yg memakai amplop dari (lipatan) kertas, amplop cuma separuh, ada juga amplop cetak yg ada namanya. Uangnya juga bervariasi, mulai dari Rp 5,000 sampe Rp 250,000. Dan lebih banyak amplop bernama daripada amplop tak bernama.

Entah ini yang dipikirkan sebagian besar orang (yg nulis nama di amplop) atau cuma pikiran saya. Mereka (yg nulis nama di amplop) ada yang beranggapan memberi sumbangan itu sebagai balas budi ketika mereka kita sumbang. Itu atas dasar apa yang dikatakan salah seorang keluarga saya sendiri. Itu artinya ketika mereka menulis nama di amplop, mereka berharap akan dibalas dengan yang sepadan. Bukan karena ikhlas memberi. Tapi itu sebagian, sebagian lagi karena alasan yang lain. Apapun alasannya, nyatanya cuma yg isinya besar yang diperhatikan :D

Apakah ini tanda kurangnya keikhlasan? Entahlah..
Apakah anda termasuk di dalamnya? Silakan tanya hati anda :)

05 November, 2009

Jangan Buang Sampah Pada Tempatnya!

Ya, judul di atas tidak ada salah. Memang banyak yang tahu dan sadar untuk membuang sampah pada tempatnya, tapi banyak juga yang membuangnya secara sembarangan. Entah itu sudah tahu tapi enggan melakukan atau belum tahu tapi tidak mau tahu. Atau tidak ada tempat untuk membuangnya (yang sebenarnya bisa diusahakan).


Pinggir sungai ada tempat yang strategis untuk membuang sampah (menurut sebagian orang, bukan saya). Mungkin mereka pikir dengan membuang sampah di pinggir sungai, sampahnya nanti akan dibawa aliran sungai. Tapi apakah mereka (dan kalian) tidak berfikir dengan membuang sampah di sungai berarti
- sudah jelas tidak enak dipandang dan mengakibatkan bau yang tidak sedap karena mengotori sungai
- mengurangi habitat makhluk hidup di sekitar sungai tersebut karena air sungai telah terkena polusi (bahkan bisa sampai laut).
- menambah tumpukan sampah di hulu sungai yang mengakibatkan sedimentasi.
- menghambat aliran air sungai yang bisa menyebabkan banjir
- dan masih banyak lagi (silakan gugling sendiri :p)

24 April, 2009

Keselamatan Anak di Tempat Umum

Beberapa bulan yang lalu kita dikagetkan oleh seorang bocah jatuh di mall daerah Bogor. Bocah berumur 4 tahun itu terjun bebas dari lantai 1 ke basement saat bermain di dekat jendela. Ini bukan kasus pertama anak tewas di tempat umum. Sebelumnya juga pernah ada anak usia 6 tahun jatuh dari lantai 3 di pusat perbelanjaan daerah Surabaya.

Bukan hanya di tempat perbelanjaan atau di tempat umum saja, kecelakaan serupa juga bisa terjadi di sekitar rumah kita. Seperti kemaren [23/04] di Jambi yang dialami oleh Ikbal (4) dan M Arif Maulana (5), ditemukan tewas tenggelam di sebuah sumur tua. Lagi-lagi ini juga karena kelalaian orang tua dalam mengawasi anak-anaknya.

Kecelakaan seperti diatas sebetulnya tidak perlu terjadi jika kita benar-benar sadar akan tanggung jawab kita dalam mengawasi anak-anak baik itu di sekitar rumah atau di tempat umum. Pada 2 kasus di awal tadi, bisakah kita menyalahkan pemilik atau pengelola gedung kalau ada anak (atau orang) yang memanjat pagar kemudian terjatuh dan tewas? Untuk pusat perbelanjaan, kita tahu rak itu bukan untuk dipanjat. Bisakah kita menyalahkan pemilik tempat perbelanjaan, apabila ada anak (atau orang) yang memanjatnya dan kemudian malah menimpa si anak dan akhirnya si anak tewas?

Alasan terlalu sibuk berbelanja adalah alasan klasik yang seharusnya tidak bisa diterima jika kita memang peduli dengan keselamatan anak di tempat perbelanjaan. Kalau sudah tahu perhatian akan teralihkan apabila berbelanja, lebih baik mengajak seseorang untuk menemani anak. Jadi kita bisa lebih leluasa ketika berbelanja dan anak pun tidak akan rewel karena tidak diajak ortunya. Jangan sampai anak-anak dibiarkan berkeliaran di tempat umum. Kalaupun kita tidak bisa mengajak seseorang untuk menemani anak yang hiper aktif saat diajak ke tempat umum, ada alternatif lain. Antara tangan ibu (ortu) dan anak dikaitkan dengan tali -yang nyaman tentunya- kira-kira 2 meteran. Jadi ketika di tempat umum anak bermain menjauh dari pengawasan ortunya tinggal tarik saja talinya:hihihi:. Kalau si anak tidak begitu rewel bisa ditinggal dirumah biar diawasi sementara orang rumah. Atau dititipkan saudara terdekat untuk sementara.

Melalaikan tanggung jawab sebagai orangtua lalu menyalahkan pihak lain menandakan ketidakdewasaan seseorang. Menyayangi anak bukan membiarkan dia bebas berkeliaran. Saat di tempat umum bersama anak-anak, awasi mereka lebih ketat. Ajarkan juga mengenai bahaya, supaya kelak anak menjadi dewasa dan bukan mewarisi kekonyolan orangtua.

04 Januari, 2009

No Award, No Tag, No PR


Yak, posting pertama awal tahun 2009. Pada tri semester akhir 2008 lalu (sebenernya sudah mulai di pertengahan tahun, cuma belum ngetrend seperti sekarang), jika kita blogwalking di sejumlah blogger akan kita temui posting tentang award, tag atau kadang disebut PR. Tapi ini bukan award seperti bloggerchoisaward yang tentunya akan sangat bangga jika kita menang di salah satu kategori, atau paling tidak 10 besar. Tapi blogger award yang dimaksud di sini adalah award dari seorang blogger kepada bloger lainnya sebagai tanda apresiasi sesuai dengan jenis award yang diberikan. Biasanya award disertai dengan 'PR' atau pertanyaan-pertanyaan tertentu yang harus kita jawab. Atau cuma testimoni buat blogger yang menerima award selanjutnya.

Tujuan award dan tag ini macem-macem
- penghargaan kepada blogger lainnya -untuk award-
- solidaritas sesama blogger
- iseng aja- narsis
- cuma mengikuti trend
- meningkatkan page range -dengan linkback-
- dan lain-lain

Kebanyakan para blogger senang ketika blognya mendapat award seperti itu seperti ketika blog ini mendapat 2 award sekaligus untuk yang pertama kalinya. Kemudian setelah blogwalking ternyata banyak juga yang mendapat award sepertiku, bahkan ada yang mendapat lebih dari 5 award pada blognya. Setelah kupikir-pikir tujuan yang paling penting dari berbagi award ini adalah backlink tadi, karena yang menerima award otomatis akan ngelink (kepada yang memberi) pada postingnya. Jarang-jarang ada yang mau ngelink blog orang lain di blognya.

Diantara para blogger ada yang mau menerima, ada yang menolak dengan berbagai alasan. Entah itu 'tidak sempat', 'males' atau karena 'tema blog tidak sesuai'. Saya sendiri kurang setuju dengan adanya berbagi award ini. Karena tujuan-tujan di atas bisa tercapai tanpa harus dengan berbagi award. Kadang isi pertanyaan award atau tag kadang terlalu probadi untuk dipublikasikan di blog. Jika tradisi award dan tag ini terus dibudidayakan, bisa dibayangkan posting blog kebanyakan hanya award dan tag. Karena tiap blogger bisa saja membuat award dan tag sesuai keinginannya. Padahal tiap award dan tag biasanya diteruskan ke 5 sampai 10 blogger lainnya. Tentu saja lama-lama juga akan bosen klo blogwalking isinya itu-itu aja. Kadang yang diberi award tidak tahu menahu tentang maksud award ini dan asal lempar award aja.

Itu cuma pendapat dari saya, mau diterima silakan kalau tidak ya tidak apa-apa. Intinya saya cuma mau memberitahu kalo blog ini sudah tidak menerima award, tag atau PR dalam bentuk apapun. Gitu aja :)