Tampilkan postingan dengan label JalanJalan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label JalanJalan. Tampilkan semua postingan

22 Juli, 2014

Gua Rong View; 5 Gunung di Depan Mata

Keinginan saya pun akhirnya terpenuhi setelah beberapa bulan yang lalu mendengar cerita saudara dan teman yang sudah berkunjung ke Goa Rong View, ada yang menyebutnya Bukit Rong, Bukit Goa Rong, dll. Sebenarnya -kalau tidak salah- 10 tahunan yang lalu sudah pernah ke sana, tapi keadaan dan suasananya sekarang sudah jauh berbeda. Lokasinya tidak jauh dari rumah, hanya nyeberang ke desa sebelah sudah sampai. Desa Delik, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.


Dari namanya Goa Rong View menawarkan pemandangan yang menakjubkan dari atas bukit. Dari bukit yang tidak terlalu tinggi ini terlihat jelas Rawa Pening dan jika beruntung bisa melihat lima gunung berjajar dari utara ke selatan: Merapi, Telomoyo, Ungaran, Sindoro, dan Sumbing. Cuaca saat itu sangat cerah, tapi cuma di sekitar situ saja. Gunung-gunung masih tertutup awan, alhamdulillah Rawa Pening masih terlihat jelas dan pemandangan juga tidak mengecewakan.

Namanya memang Goa Rong, tapi setelah sampai ke puncak anda tidak akan menemukan Goa/Gua yang dimaksud di sekitar situ. Dari puncak ada jalan turun kecil menuju gua, tapi saya sendiri belum mencobanya karena cukup jauh. Jika ingin melihat guanya, bisa dari bawah di pertengahan perjalanan menuju puncak bukit ada jalan setapak sedikit naik. Dari situ cukup naik sekitar 10 meter sudah sampai ke mulut gua. Gua Rong memang kecil dan kurang menarik, makanya yang dijual bukan Goa Rong-nya tapi View-nya yang di puncak bukit.


Selain restoran, di Goa Rong View ada taman bermain untuk anak-anak, gazebo-gazebo yang diberi nama gunung-gunung sekitar, tempat duduk di bawah pohon rindang yang sejuk dan sejumlah burung di dalam sangkar cukup besar yang meramaikan suasana. Tempat parkir sudah cukup luas untuk tempat wisata kecil seperti itu, tapi mungkin akan becek jika musim hujan tiba. Untuk naik ke bukit tidak harus jalan kaki, bisa menggunakan mobil atau motor dengan jalan yang cukup mulus dari bawah bukit.


Sepertinya potensi wisata Goa Rong akan terus naik, seiring semakin banyaknya orang sekitar Salatiga-Semarang yang tahu keberadaannya. Semoga pemerintah tanggap untuk memperlancar jalur transportasi menuju Goa Rong, menghaluskan jalan dan memberi tanda yang jelas di pinggir jalan besar. Tempat wisata yang cukup murah meriah untuk sekedar melepas penat bagi warga sekitar Tuntang. Cukup tiga ribu rupiah per orang dan dua ribu rupiah per motor (untuk mobil kurang tahu).

Selanjutnya, jalan-jalan ke mana lagi kita?

09 Juni, 2014

Sunrise Pantai Bandengan dan Kartini

Kali kedua ini, saya bersyukur bisa menikmati sunrise di Pantai Bandengan. Karena rumah paman masih di wilayah Bandengan, jadi jika ke sana belum ke pantai rasanya ada yang kurang. Sunrise pertama saya nikmati bersama ibu dan ponakan, yang kedua bersama istri. Pertama saya agak kaget, ternyata jam 6 pagi udah ada petugas yang narik tiket masuk. Tambah kaget lagi ternyata pantai sudah rame sepagi itu, mungkin karena waktu itu hari libur.

Berangkat pukul 6 pagi dari rumah saudara, biasanya saya ditemani ponakan atau paman. Kalau bersama mereka biasanya tidak bayar, karena orang Bandengan. Kali ini saya berangkat bersama istri saja, alhamdulillah tidak nyasar. Tips dari ponakan (bibi juga) kalau mau ke pantai ga usah pakai helm dan ngomong saja sama petugasnya bahwa saya orang Bandengan. Kira-kira 15 menit perjalanan kami sudah sampai di pintu masuk, belum juga ngomong kami sudah diceramahi dulu (mungkin karena kami tidak pakai helm); kalau memang orang Bandengan ya ngomong, jangan asal nyelonong, nanti ada kecemburuan kalau yang antri di belakangnya orang dari luar. Alhamdulillah kami bisa masuk tanpa harus bayar.

27 Mei, 2014

Gua Kiskendo dan Curug Klenting Kuning

Kiskendo adalah gua yang ada di Trayu, Kecamatan Singorojo, Kabupaten Kendal. Gua ini terletak agak terpencil, untuk menuju ke sana jalur transportasinya belum mulus. Yang kedua (Klenting Kuning) ada di Kemawi, Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang. Jadi ceritanya kemarin itu setengah hari mengunjungi dua tempat wisata di dua kabupaten.

Dengan penuh perjuangan melewati jalur dengan banyak ranjau di jalan menuju Gua Kiskendo akhirnya kami sampai. Di tempat parkir cuma ada beberapa kendaraan roda dua dan satu mini bus. Sepi. Perjalanan dari parkiran sampai ke gua tidak jauh, cukup 5 menit sudah sampai. Sampai di gua kita akan dihadapkan dengan pintu gua yang cukup besar. “Cuma ini?” pikirku waktu itu, ternyata masih ada gua selanjutnya dengan melewati jalan kecil. Di gua selanjutnya ada beberapa gua-gua kecil dengan tinggi 0,5 sampai dengan 1 meter. Gua besarnya cuma satu (setahuku) tapi saya tidak masuk karena ada aliran sungai di bawahnya. Yang membuat menarik gua ini adalah Ray of Light, garis-garis cahaya yang muncul dari atas ke dalam gua.

09 Mei, 2014

Kabut Gedong Songo

Gedong Songo atau bahasa Indonesianya Bangunan Sembilan, salah satu objek wisata alam yang ada di Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Dari Semarang atau Ambarawa ambil ke arah pasar Bandungan lalu ke arah Sumowono atau Temanggung. Jika sudah sampai di SPBU pertama tinggal nengok ke kanan lalu ikuti petunjuk besar yang ada, kalau dari arah Temanggung ambil arah ke Sumowono atau Bandungan. Objek wisata yang lain yang ada di Bandungan ini diantaranya: Curug 7 Bidadari, Umbul Sidomukti, dan Pos Mawar.

Benar-benar waktu yang kurang tepat untuk berkungjung/piknik di Gedong Songo. Saat kami (saya bersama istri) sampai di lokasi, kabut mulai turun menutupi daerah sekitar candi. Ditambah sore itu hujan baru saja reda. Lengkap sudah, suasana candi menjadi sepi. Sepi pengunjung juga sepi penjual. Karena terlanjur sampai, kami memutuskan untuk masuk.

14 Maret, 2014

"Pasar" Sikunir dan Telaga Dringo, Ranukumbolo KW dua

Ajakan yang awalnya saya tolak karena biaya yang tidak murah, tapi ternyata saya yang salah. Jadi biaya 200 ribuan rupiah itu jika menggunakan jasa (sejenis) travel. Memutuskan untuk ikut setelah awalnya galau antara Dieng atau Gunung Purba (Wonosari). Kesempatan (ajakan) camping ke Dieng mungkin tidak akan datang dua kali, tapi ke Wonosari bisa kapan-kapan ke sana. Dengan pengalaman sekali camping di Pos Mawar (Bandungan) saya beranikan diri ikut ajakan dari orang yang sama ( +Olipe Oile ) untuk camping di Dieng.Cuaca yang tidak stabil dan kondisi badan yang kurang fit saat itu tidak menyurutkan niat saya untuk berangkat. Bismillah..


Rencananya berangkat pagi-pagi supaya sampai sana tidak terlalu sore, bisa mendirikan tenda lalu istirahat. Ternyata rencana berubah, jam 10 sampai terminal Wonosobo saya bergabung dengan 5 orang rombongan dari Purwokerto. Lalu ditawari Kaka (salah satu rombongan dari Wonosobo) isitirahat di rumahnya, berangkat camping malam harinya. Saya sih mengiyakan saja, karena badan juga sedang tidak begitu enak waktu itu (batuk, pilek, sedikit pusing). Setelah isitirahat sebentar (bisa tidur cuma beberapa menit), sore setelah asar kami mengisi tenaga dengan pesta durian sampai kenyang. Berangkat naik ke Dieng sekitar jam 8 (atau 9) malam. Ditambah dengan rombongan dari Wonosobo camping kali ini berasa rame banget, ada belasan (lupa tidak menghitung).

30 Januari, 2014

(Bukan) Taman Jurug

Mungkin saya menjadi salah satu korban lagu campursari ini, Taman Jurug. Yang benar Satwa Taru Jurug atau Kebun Binatang Jurug. Kebun binatang ini berada di Solo, tepatnya di Jl. Ir. Sutami No. 40 (Jebres), Surakarta, Jawa Tengah. Cukup mudah dijangkau karena berada di pinggir jalan besar. Sila cek map saja biar jelas :)


Berawal dari pertanyaan adik tentang tempat wisata di daerah Solo dan sekitarnya yang menarik. Dari beberapa pilihan, kami memutuskan Jurug karena tempat itu yang sepertinya paling menarik untuk semua kalangan. Tujuan utama piknik ini untuk merayakan ulang tahun adik sekaligus anaknya (3thn) yang selang beberapa hari. Sekalian mengajak keluarga mengunjungi saudara di dekat Bonbin Jurug.

Setelah masuk melalui loket pertama kali kita akan disuguhi binatang khas kebun binatang, gajah. Kalau berani ada dua ekor gajah yang siap ditunggangi ditemani pawangnya. Lima ribu sekali puter, tapi ya cuma beberapa meter :D Selanjutnya berbagai macam burung terlihat dalam sangkar yang besar. Walaupun tidak lengkap tapi sudah cukup banyak macamnya.

02 Januari, 2014

Camping (Wisata Kuliner) di Pos Mawar

Berawal dari foto Umbul Sidomukti yang lewat di timeline twitter, saya tertarik untuk ikut nimbrung rencana camping temen saya beserta rombongannya dari Purwokerto. Seingat saya, ini adalah camping ketiga ssampai seumur hidup saya. Dua sebelumnya itu waktu pramuka SD dan SMP, sudah lupa rasanya. Ketertarikan saya ini sebenarnya karena foto Umbul Sidomukti, pengen ke sana lagi. Ternyata mereka tidak jadi mampir karena USM terlalu penuh, mungkin karena pas liburan akhir tahun. Tidak menarik lagi kalau penuh orang. Jadi ahad siang mereka langsung menuju ke Pos Mawar untuk camping.

Pos Mawar adalah pos pertama untuk pendakian Gunung Ungaran. Akses untuk menuju ke sana cukup mudah, baik menggunakan motor atau mobil. Tempatnya berada di atas Umbul Sidomukti, sekitar 400 m. Pada akhir pekan biasanya ramai pengunjung yang ingin sekedar camping atau mendaki ke Gunung Ungaran. Kecuali akhir tahun ini memang banyak yang berkunjung (kata penjaganya). Selain akses mudah, yang membuat orang tertarik ke sini adalah fasilitas yang cukup lengkap. Mulai dari air yang melimpah (empat kamar mandi), mushola, warung makan, listrik (di warung) dan keamanan. Areanya lumayan luas, cukup untuk menampung belasan tenda dan waktu kami ke sana area camping sepertinya sedang diperluas.

22 Desember, 2013

Jumog wa Tahura

Akhirnya (keingingan berbulan-bulan) kesampaian juga ke air terjun satu ini, Jumog. Sesuai dengan foto hasil pencarian di google, keren dan tidak menipu. Bersih, asri dan tentunya sejuk. Banyak tempat untuk nongkrong lesehan dan bercanda hahahihi dengan teman-teman. Untuk Tahura tidak banyak yang bisa dinikmati selain jalan-jalan menikmati rindangnya pepohonan. Ada bumi perkemahan di sana, tapi belum pernah lihat penampakannya apalagi merasakannya.


Dadakan sering kali menyenangkan, tapi kadang menyebalkan juga. Kurangnya persiapan dan info menghasilkan kejutan-kejutan yang bisa menyanangkan, bisa juga membuat penyesalan. Malam dapat pesan whatsapp, paginya berangkat. Tujuan pertama Air Terjun Jumog, berada di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Satu komplek (dekat) dengan Candi Sukuh.

Memang tak sebesar dan setinggi Air Terjun di Tawangmangu, tapi tak kalah indah dengannya. Malah menurutku lebih cakep di Jumog. Juga lebih tenang di sini, pengunjung dan penjual tidak terlalu ramai. Cukup dengan uang lima ribu sudah bisa menikmati indahnya Jumog. Dua ribu untuk parkir dan tiga ribu untuk tiket masuk ke lokasi air terjun. Jangan kawatir, jarak parkiran dan air terjun cukup dekat. Cuma jalannya agak menurun.

09 September, 2013

Air Terjun Parang ijo: hanya ijo

Dadakan, selalu saja berhasil membuat kesan. Apapun itu. Dan sabtu pagi 7 September 2013, setengah jam sebelum berangkat kerja saya dikabari temen yang baru saja pindah kos di Solo ngajak ke Kemuning. Sebenarnya saya yang ngajak, tapi dulu. Itupun baru rencana yang entah kapan akan terlaksana. Saya langsung telepon temen kantor untuk gantiin saya pagi itu. Dan alhamdulillah kantor saya ini termasuk yang sangat longgar untuk jam kerja dan hari libur. Asal bisa negosiasi dengan temen kerja, bisa tukeran jam kerja dan hari libur.

Perjalanan dari salatiga sampai UMS pagi itu cukup lancar, hampir satu jam. Tujuan awal kami berempat adalah kebun teh Kemuning dan Curug/Air Terjun Jumog. Walaupun belum ada satu pun diantara kami yang pernah ke sana tapi kami punya GPS (Guidance Penduduk Setempat) jadi tenang saja. Entah GPS-nya kurang akurat atau kami yang kurang bisa mengerti bahasa GPS ini. Kami nyasar sampai candi sukuh. Jika ke Jumog kembali terlalu jauh, akhirnya kami memutuskan ke Air Terjun Parang Ijo yang lebih dekat baru ke Kemuning.

17 Maret, 2013

Bandung #2: Ketidakteraturan Lantas

Cerita kedua dari kota kembang. Kali ini bukan tentang tenpat wisata, kuliner atau tempat menarik lainnya. Sharing saja apa yang saya temui di sekitar tempat kerja dan apa yang terlihat mata. Di sini saya jarang sekali "keluar" untuk sekedar jalan-jalan. Selain karena kerjaan, mungkin sebab lainnya yaitu cuaca, buta jalan, dan atau macet. Mungkin juga karena belum tahu tempat yang menarik untuk dikunjungi. Tepatnya sih belum ada yang mengajak (lagi).

Menjadi kota besar mengakibatkan kota ini menjadi padat, sesak. Termasuk kendaraan. Sedikit kaget ketika pertama kali melewati jalanan Bandung. Pengguna kendaraan di jalan sungguh luar biasa.....nekatnya. Nekat waktu menyalip, menyeberang, cari jalan. Terutama untuk pengendara sepeda motor. Tapi ada benernya juga sih, pas macet kalau ga lincah ya harus ekstra sabar. Katanya ketidakaturan ini bukan hanya di kota Bandung saja, banyak yang lebih parah malah. Tapi yang saya lihat dengan mata kepala sendiri baru di sini.

23 Februari, 2013

Bandung 1#: Nasi Timbel Tenda Biru

Rasanya ada yang kurang kalau tidak posting pengalaman selama di perantauan. Dua minggu di Bandung tidak memberi banyak kesempatan untuk jalan-jalan. Kesibukan dari pagi hingga senja tak memberi banyak waktu sisa.

Dalam keadaan tersebut, ajakan gowes tentu saja tidak saya lewatkan begitu saja. Bukan karena saya suka gowes, tapi lebih karena saya butuh udara segar. Butuh waktu sebentar untuk keluar dari rutinitas yang hampir saja menjenuhkan. Tapi masalahnya sekarang ternyata cuma ada dua sepeda dengan tiga orang. Akhirnya saya yang mengalah. Tapi alhamdulillah saya masih bisa ikut dengan memakai sepeda motor.
Rencana berangkat jam lima subuh diundur menjadi jam tujuh pagi karena malamnya begadang, jadinya bangun kesiangan. Rute yang sama sekali belum saya kenal tentu saja menarik perhatian saya. Menjauh dari kota, menelusuri desa-desa.

25 Januari, 2013

Pantai Siung, pantai karang bebatuan

Ini pantai ke tiga yang kami kunjungi setelah Kukup dan Indrayanti. Kesan pertama tentang pantai ini adalah karang yang keren. Pantainya memang tidak panjang, tapi bebatuan karang menjadikannya sayang untuk dilewatkan. Saat ini cuma tiga pantai yang kami kunjungi. Untuk yang belum pernah ke sana saya sarankan buka dulu google map lalu aktifkan penampil foto. Karena tidak mungkin semua pantai dikunjungi (dalam sehari), pilih-pilih dulu beberapa pantai yang bagus baru menuju ke lokasi.

Katanya pantai ini sering dijadikan lokasi untuk foto prewedding, mungkin karena karang-karangnya cocok dijadikan background.

19 Januari, 2013

Pantai Indrayanti, pasir putih, bersih!

Lokasi kedua yang kami kunjungi yaitu Pantai Indrayanti, pantai yang dari tahun lalu kepengen banget saya kunjungi. Akhirnya kesampaian juga di awal tahun ini. Walaupun agak menyesal karena berangkat kurang pagi, jadi cuma bisa mengunjungi tiga pantai di Wonosari, Yogyakarta.

Kesan pertama yang saya tangkap dari pantai ini adalah bersih. Tidak kalah dengan pantai-pantai terkenal lainnya. Pantainya terbagi menjadi dua tempat (barat dan timur, kalau tidak salah) dipisahkan dengan batuan besar. Sayangnya saya baru tahu ada dua bagian setelah meninggalkan pantai dan melihat sisi yang lain. Saya juga belum sempat naik ke atas. ihiks..

Menuju ke ujung pantai sebelah barat, terlihat hamparan pantai yang (agak) putih dan bersih. Jangan terlalu percaya dengan foto. Foto di atas diambil dengan kamera handphone, aslinya lebih keren!

Di ujung barat pantai ada bebatuan yang bisa digunakan sebagai background foto kalau bosen dengan air dan pasir. hehehe..

Jika bermain air atau sekedar foto-foto, harus tetap hati-hati. Perhatikan ombak yang datang dan jangan terlalu jauh dari bibir pantai.

Satu hal lagi yang menarik perhatian saya di ujung sebelah barat, ada pohon cukup besar tapi tidak terlalu tinggi. Di situ kita bisa tiduran sambil menikmati suasana semilir angin pantai di bawah teduhnya pohon. Kalau merasa lapar di dekat tempat parkir banyak warung makan, jadi tidak perlu bawa bekal dari rumah. Tapi kalau mau repot bawa bekal sendiri dari rumah ya tidak apa-apa sih.

Jika mengunjungi Pantai di Wonosari (apalagi jika anda dari luar kota), saya sarankan minimal kunjungi 4 atau 5 pantai. Karena tiap pantai punya ciri khas sendiri-sendiri. Supaya sepadan juga sama capeknya.

15 Januari, 2013

Pantai Kukup, semacam Tanah Lot

Berawal dari keingingan yang sudah lama terpendam, akhirnya kesampaian juga ke pantai-pantai di wilayah Wonosari. Sengaja saya jadikan tiga posting karena gambarnya banyak, jadi semacam photoblog gitu. Kali ini saya cuma menyambangi 3 pantai dari beberapa deret pantai di wilayah selatan Wonosari, Kab. Gunung Kidul. Rute saya tidak hafal. hehehe... saya kasih koordinatnya saja -8.133222,110.554755. 

View Pantai Kukup in a larger map
Rute ke lokasi lumayan mudah dilalui walaupun berliku, tapi dari Wonosari ke pantai jalannya sempit, jadi agak sulit jika ada 2 bus yang ingin bersimpangan.

Pantai di mana pun yang kita temui sama saja; air, ombar, angin dan sebagian besar berpasir. Tapi masih saja ada beberapa orang yang ingin mengunjungi banyak pantai yang seragam itu.


Pantai yang saya kunjungi kemarin semua hampir sama pemandangannya, pantai bertebing. Dengan bebatuan yang terkikis oleh air laut hingga bisa digunakan untuk berteduh.


Pantai Kukup sebelah barat atau sebelah kanan dari jalan masuk, ada semacam gardu pandang. Jika sempat mengunjungi Pantai Kukup jangan lupa naik ke sana, rutenya cukup mudah dan tidak terlalu terjal.


Dari gardu pandang itu kita bisa melihat Pantai Kukup sebelah barat secara keseluruhan. Juga bisa melihat Pulau Jumpino (menurut google map). Melihat pemandangan ini saya merasa tidak asing, seperti sebuah lokasi di Bali.


Jika kebetulan sepi bisa dijadikan tempat untuk memikirkan masa depan. Atau sekedar mengingat masa lalu. Asal jangan terjun ke bawah aja.


Ada satu pemandangan yang menyita waktu saya, entah saya yang tidak tahu atau memang masnya yang mancing itu lebih pinter. Memang ada ikannya di bibir Pantai Kukup?

Untuk mencapai Pulau Jumpino disediakan jembatan untuk menyeberang. Tapi melihat kondisinya saya kurang tertarik untuk ke sana. Lagian waktu itu lagi terik-teriknya dan lokasi yang ingin dituju penuh dengan manusia, jadi tidak bisa istirahat menikmati pemandangan di sana.

Pasir pantai tidak begitu luas tapi cukup aman untuk tempat bermain istana pasir, asalkan jangan terlalu dengan dengan bibir pantai.

Tidak perlu takut kepanasan, banyak yang menyediakan alas dan payung untuk berteduh. Tapi saya kurang tahu apakah itu gratis atau tidak.

Tempat berteduh yang sudah pasti gratis di sekitar pantai juga ada, tapi jika butuh alas harus menyediakan sendiri.

Papan pengumuman seringnya tidak memakai tanda baca, jika pun ada biasanya cuma terdiri dari satu tanda baca, tanda seru. Bisa jadi ambigu bagi sebagian orang, termasuk saya. Itu maksudnya Dilarang mandi/berenang di laut, berbahaya (siapa juga yang mau berenang di laut, kan cuma mau berenang di bibir pantai). Atau Dilarang mandi/berenang di laut berbahaya (kesannya seperti ada tempat berenang di laut yang aman).

Gumpalan batuan besar yang di sebelah barat itu ternyata juga termasuk pulau (menurut google map lagi), namanya Pulau Ngrawe. Jadi yang katanya Indonesia punya 17 ribuan pulau itu termasuk pulau Jumpino dan Ngrawe di pantai Kukup ya?

Pantai Kukup cukup bagus untuk dikunjungi. Sepulang dari situ kita juga bisa membeli oleh-oleh berupa pakaian atau makanan di sepanjang perjalanan dari tempat parkir sampai ke pantai. Pantai kedua dan ketiga di wilayah Wonosari yang saya kunjungi ada di posting selanjutnya.

22 Maret, 2012

Sri Gethuk, Rancang Kencono

Setelah membaca beberapa blog dan melihat fotonya saya langsung tertarik untuk mengunjungi air terjun Sri Gethuk yang katanya ada 'Grand Canyon' juga di sana. Rencana awal saya mengajak beberapa orang teman dari Yogyakarta, tapi pada waktu hari H yang bisa ikut cuma +Toto Prayogo  (seorang lagi +Iwandhana Gk ketemu di lokasi). Tapi lumayan masih bisa dijadikan guide ke sana karena saya sendiri buta jalanan Yogyakarta. Lokasi Sri Gethuk berada di Desa Bleberan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Rute lengkapnya silakan lihat pada peta di bawah ini. Lokasi A adalah Air Terjun Sri Gethuk sedangkan B itu Goa Rancang Kencono.

Koordinat GPS: S7°56'36" E110°29'21" | S7.943333 E110.489167

View Larger Map

sungai Oya

Air Terjun ini sebenarnya juga belum ada 2 tahun ini dikenal luas oleh masyarakat luar Gunung Kidul. Siapa sangka di Gunung Kidul yang terkenal tandus itu ada Air Terjun yang mengalir tanpa mengenal musim. Seperti 7 Bidadari, air terjun ini bukan tergolong air terjun yang tinggi. Tapi keindahan ngarai, sungai, bebatuan berundak dan pemandangan sekitarnya yang membuat air terjun ini begitu istimewa (setidaknya menurut saya). Lokasinya di pinggir sungai Oya (baca: Oyo) di Desa Bleberan. Biaya masuk (per 4 Maret 2012) parkir Rp 1,000,-/motor, Rp 3,000,-/mobil dan Rp 2,000,-/orang. Biaya sudah termasuk 2 tempat wisata air terjun dan goa. Dari parkiran rute ke air terjun ada 2; yang satu lewat persawahan, satunya melalui sungai Oya dengan menaiki rakit bermotor (atau apalah namanya) dengan biaya Rp 5,000 per orang pergi pulang. Jika pas ramai bisa antri sampe beberapa jam karena rakit yang beroperasi hanya 2. Salah satu hal yang menarik pada waktu melewati sungai Oya adalah adanya pemandangan mirip Grand Canyon yang ada di Amerika. Selain ngarai, di sepanjang sungai yang dilewati kita akan disuguhkan dengan pemandangan air terjun kecil, dan hijaunya pemandangan yang tidak kalah cantiknya dengan air terjunnya itu sendiri. Kita bisa ke air terjun tanpa harus bayar (dan antri) lewat sawah, tapi kita yang rugi sendiri karena tidak bisa melihat hijaunya ngarai.

16 Januari, 2012

Curug 7 Bidadari

Kawasan wisata ini masih tergolong karena baru ditemukan April 2010. Lokasi curug 7 bidadari berada di Desa Bantir, Kecamatan Sumowono (deket Bandungan), Kab. Semarang. Kira-kira 2 km dari barak militer Angkatan Darat RI di desa Bantir. Seperti namanya, curug (air terjun) ini terdiri dari 7 curug di tempat yang sama berbentuk tingkatan. Jalan menuju ke lokasi wisata sudah beraspal (walalupun belum lebar), tidak seperti jalan ke curug Benowo atau Semirang.


Waktu saya berkunjung ke sana (25 Desember 2011) fasilitas sudah lengkap. Mushola, toilet, parkir luas, penjual jajanan lumayan banyak. Ada juga lokasi untuk berkemah di sekitar curug. Kurang afdhol rasanya kalo sampai di tempat ini belum nyemplung, minimal main airnya. Curung yang tidak tinggi dan terdapatnya beberapa kolam alami yang tidak dalam (salah satunya sekitar 1,5 m) menjadikan Curug 7 Bidadari cocok untuk tempat wisata keluarga dan bermain air. Sayangnya waktu itu saya tidak bawa pakaian ganti, jadi tidak bebas basah-basahan. hehehe..

27 Desember, 2011

Curug Lawe dan Benowo

Jalan-jalan kali ini masih bersama dengan rombongan (biar keliatan banyak) @kopdar_loenpia. Lokasi yang dipilih yaitu Curug Lawe - Benowo. Pertama kali denger itu, aku kira cuma 1 curug (Curug Lawe/Benowo). Ternyata ada 2, curug Lawe dan Curug Benowo. Lokasinya ada di desa Kalisidi, Gunungpati, Kab. Semarang. Biaya masuk (per tanggal 18 Desember 2011) sebesar Rp 3,000 dan parkir Rp 2,000. Cukup murah untuk wisata alam.

Jarak antara lokasi parkir dengan curug cukup jauh dan hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Perjalanan awal melewat kebuh cengkeh dan saluran irigasi. Sebelah kanan irigasi tebing, sebelah kirinya jurang, jalan sempit, hanya bisa lewat 1 orang. Tapi lumayan, jalannya sebegian besar sudah beton, ga becek. Menengok sebelah kiri kita dimanjakan oleh pemandangan yang Subhanallah, indahnyaa. Tapi, lihat pemandangan sebelah kiri jangan sambil jalan. Ingat, jangan sambil jalan! Berhentilah sejenak ketika menengok kanan atau kiri, karena jalannya sempit dan sebelah kiri itu jurang. Sesampainya di bendungan (?), pangkal dari sumber irigasi warga kita bisa istirahat sejenak sebelum mulai jalan lagi. Dikarenakan rute selanjutnya jalan setapak dan sungai disarankan memakai sandal/sepatu gunung atau kalau tidak mau alas kakinya basah tanpa alas kaki juga boleh. Tenang...tidak ada duri tajam dan sejenisnya di sepanjang perjalanan. Total perjalanan dari parkiran sampe curug Benowo 1 jam lebih, perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan. Persiapkan fisik anda untuk itu. Bagi yang sudah terbiasa mungkin akan lebih menikmati pemandangan sekitarnya yang memanjakan mata dengan pohon-pohon rindang yang berusia (mungkin) putuhan tahun, dengan suara gemercik air dan sesekali suara burung.

24 September, 2011

Air Terjun Semirang

Wisata alam di Semarang dan sekitarnya bisa dibilang tidak banyak. Maksudnya tidak banyak yang tahu :D Seperti Air Terjun Semirang yang lokasinya tidak jauh dari kota Ungaran, Jawa Tengah. Mungkin karena promosi yang kurang dari pemerintah setempat, jadi belum banyak yang tahu lokasinya atau bahkan tidak banyak yang tahu keberadaannya. Padahal pemandangannya tidak kalah dengan Curug Sewu di Tawangmangu dengan biaya yang tentunya jauh lebih murah daripada di sana. Biaya masuk (pada awal tahun 2011, tepatnya bulan Februari) Rp7.500,- dengan rincian: 1.000/orang masuk area wisata, 1.500 parkir motor, 5.000/orang masuk lokasi wisata.

Saat posting ini saya sendiri sudah terhitung 2 kali ke Semirang, yang pertama bersama dengan rombongan Kopdar_Loenpia dan yang kedua diajak temen saya. Begitu sampai pintu masuk, kita akan langsung disuguhi pemandangan pepohonan yang didominasi oleh pohon pinus. Butuh perjuangan yang tidak mudah untuk menuju lokasi air terjun. Dari tiket masuk menuju air terjun hanya ada jalan setapak sepanjang (sekitar) 1 km atau sekitar 20-30 menit jalan kaki. Perjalanan yang cukup melelahkan, apalagi bagi orang yang jarang olahraga seperti saya. Sepanjang perjalanan menuju air terjun yang rata-rata tanjakan berhasil membuat mandi keringat sampainya di sana. Tapi di tengah perjalanan ada satu sungai yang bisa dijadikan tempat istirahat sambil mandi maen air atau cuma foto-foto. Walaupun di perjalanan ada beberapa orang yang jualan minuman dan makanan kecil baiknya kita bawa sendiri dari rumah atau beli di jalan karena harganya sedikit lebih mahal dari biasanya.

02 Juli, 2011

Pasar Jalan Baru Salatiga

Atau lebih dikenal dengan Pasar JB (jalan baru) ini letaknya di pinggir kota Salatiga. Tepatnya antara perempatan Pulutan dan perempatan Candran di jalan yang rencananya akan dijadikan jalur tol Semarang - Solo. Saya sendiri kurang tahu kapan pasar ini mulai ramai penjual dan berapa tepatnya panjang jalan yang digunakan sebagai lokasi pasar. Kalau tidak salah hampir 1km panjangnya dan yang jelas pasar ini ada karena pembangungan jalan tol Semarang - Solo. Lalu apa bedanya pasar ini dengan pasar pada umumnya?

Namanya juga pasar dadakan, tentunya tidak ada tenda atau ruko yang tetap, kecuali beberapa warung/bangunan di sebelah timur yang kebetulan berdekatan dengan rumah warga. Pasar JB ini hanya ada di waktu tertentu yaitu pada pagi hari setelah subuh (sekitar jam 05:00) sampai matahari mulai menyengat (sekitar jam 09:00-10:00). Waktu yang tepat untuk berkunjung ke sana adalah hari libur pukul 06:00 - 07:00 karena pada waktu itu sedang ramai-ramainya dan belum terasa panasnya mentari pagi. Pasar ini memang ada pada waktu tertentu tapi tidak produk tertentu. Walaupun bisa dibilang sama-sama pasar pagi, pasar JB tidak seperti pasar pagi di depan Pasar Raya Salatiga yang buka mulai dini hari sampai habis subuh (sekitar pukul 6 pagi) yang hanya menyediakan sayur-mayur dan makanan kecil. Di pasar JB ini kita bisa menemukan segala kebutuhan sehari hari. Mulai dari makanan (cemilan maupun sarapan), pakaian (dari celana pendek, kaos kaki, sampai jaket), mainan anak-anak, konter pulsa sampai dealer motor pun ada. Pernah saya sekali menjumpai ada stand ramalan tarot dan konser musik amal.

31 Mei, 2011

Dari Kemuning ke Candi Kethek

Berawal dari janjiku ketemu teman beberapa minggu yang lalu, tidak sengaja saya menemukan tempat (hasil browsing) yang sepertinya menyenangkan untuk dikunjungi. Kebun teh Kemuning, tempat yang menggoda untuk dikunjungi terutama yang suka wisata alam. Tempatnya berada di Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Rencana awal saya mengajak 5 orang, lalu ada ada 9 orang yang ingin ikut. Tapi rencana Allah beda, sampai hari H yang bisa ikut cuma 5 orang termasuk saya. Rute jalan-jalan kali ini cuma ke kebun teh Kemuning kemudian ke Candi Cetho.

Mendekati tempat wisata pertama kami langsung disuguhi dengan hamparan alam yang hijau menyejukkan mata dan suasana dingin. Maha Suci Allah yang menciptakan bumi beserta isinya. Ada pengunjung yang hanya berhenti di kanan kiri jalan utama kebun teh tersebut untuk istirahat sambil ambil foto (tentunya), tapi banyak juga yang masuk ke kebun teh karena disediakan jalur untuk kendaraan masuk lebih dalam ke kebun teh tersebut. Sepanjang penglihatan mata dimanjakan oleh hamparan kebun teh yang begitu luas. Diantara kebun teh tersebut kami tidak sengaja menemukan sejenis puri atau mungkin tempat beribadah bagi suatu kepercayaan. Pintu masuk terpampang TUTUP, jadi saya pun tidak masuk. Tapi ternyata ada salah seorang dari kami yang masuk dan sempat mengambil gambarnya. Jangan berharap di situ kita bisa live tweet karena bisa dapat sinyal saja sudah bagus :D Efeknya, batterai buoros! Medan untuk menuju lokasi wisata cukup berat, menanjak. Jadi pastikan anda cek kondisi kendaraan dan kesehatan anda sebelum berangkat ke sana. Setelah cukup puas (foto-foto) kami melanjutkan perjalanan ke lokasi wisata berikutnya, Candi Cetho.