27 September, 2009
Usia 25 (dua puluh lima)
Dua puluh lima tahun. Tidak terasa, sudah seperempat abad ku nikmati pahit getir dan asam manisnya hidup. Ada berbagai macam ucapan (doa) yg sering dilontarkan jika ada seorang teman, saudara atau siapapun yg kita kenal sedang merayakan hari lahirnya (milad atau ulang tahun) yaitu: ndang rabi (cepet nikah,enteng jodoh,dll), tambah dewasa, panjang umur, sukses, 'wish u all the best', dan yg tidak mau ketinggalan 'traktiran' :p. Tapi ada juga yg ngirit cuma ngucapin met ultah (hepi besde, met milad, dll) saja. Kita bahas 1 per 1 ucapan tersebut.
18 September, 2009
Seperti tak punya blog
Seperti tak punya blog. Akhir-ahir ini entah mengapa tak ada hasrat untuk ngeblog. Paling mentok cuma ngecek dashboard, kalo-kalo ada komen nyangkut yang perlu dimoderasi (komen dari posting yg lebih dari 30hari). Habis itu? ya seperti hari-hari yang lalu; chating, browsing atau mungkin nungging (baca: tidur). Blogwalking pun cuma beberapa hari sekali. Sangat sulit untuk sekedar memuntahkan uneg2 utek (otak--red).
Seperti tak ada waktu. Bukan karena bulan Ramadhan yang mulia, aku tak bersua. Bukan karena sibuk bekerja aku jadi lupa. Bukan juga karena facebook, Kata Hati jadi tak diurusi. Tapi entah mengapa, waktuku bersama blog seperti tidak ada. Sirna begitu saja.
Seperti ada yang kurang. Bukan kurang berat badan (karena itu sudah pasti), bukan pula kurang kerjaan. Bukan kurang ide, apalagi kurang pede. Tapi sepertinya ada yang kurang dalam hidup ini. Apa iya kurang bersyukur? na'udzubillahi min dzalik..
Seperti tak ada waktu. Bukan karena bulan Ramadhan yang mulia, aku tak bersua. Bukan karena sibuk bekerja aku jadi lupa. Bukan juga karena facebook, Kata Hati jadi tak diurusi. Tapi entah mengapa, waktuku bersama blog seperti tidak ada. Sirna begitu saja.
Seperti ada yang kurang. Bukan kurang berat badan (karena itu sudah pasti), bukan pula kurang kerjaan. Bukan kurang ide, apalagi kurang pede. Tapi sepertinya ada yang kurang dalam hidup ini. Apa iya kurang bersyukur? na'udzubillahi min dzalik..
05 September, 2009
Hujan lagi
Tipe-X - Hujan
Biarkan hujan basahi bumi
Basahi semua mimpi yang pernah mati
Biarkan berkembang, tumbuh, dan bersemi
Semua bunga-bunga negeriku ini
Dinginnya hujan sadarkan kita
Terlalu kita tlah terpenjara
Diam tak berdaya terbakar mentari
Hingga tak sanggup teriakkan kata hati
Derasnya hujan dendangkan harapan
Hadirkan indahnya satu perubahan
Karna negeriku, kau tetap negeriku
Kan kujaga slalu agar aku tak jemu
Reff:
Sudah saatnya bangun dari semua mimpi-mimpi
Sudah saatnya berdiri di kaki sendiri
Sudah saatnya tuk coba mulai perbaiki
Jangan tumpuk keinginan dan simpan di hati
(2x)
Reff2:
Harusnya sadar hujan pun pasti akan berhenti
Harusnya sadar masa sulit pun pasti berakhir
Jangan biarkan mentari terus membakar hati
Jangan padamkan semangat di jiwa ini
Biarkan hujan basahi bumi
Biarkan negeri tercintaku bernyanyi
01 September, 2009
Sedekah sedikit saja?
Seberapa banyak anda bersedekah? Berapa persen dari harta anda yg anda sedekahkan? Coba anda baca tulisan Ippho Santosa di bawah ini.
Salah seorang guru sekaligus sahabat saya bersedekah Rp 10 juta setiap harinya. Sahabat saya yang lain bersedekah Rp 2 miliar setiap bulannya. Dengerin beginian, orang-orang yang bermental miskin pasti langsung berseru, “Gimana caranya ya, saya bisa dapat sedekah sebesar itu?” Sebaliknya, orang-orang yang bermental kaya akan berseru, “Gimana caranya ya, saya bisa bersedekah sebesar itu?” (Hayo jujur, Anda termasuk yang mana?)
Setiap kali saya mengajak untuk memberi, menyumbang, berderma, atau bersedekah dalam jumlah jor-joran, orang-orang kiri (kuat otak kirinya) selalu punya segerobak alasan untuk ‘menyelamatkan’ dompetnya. Pokoknya, ada-ada saja alasan mereka untuk memperkecil jumlah sedekah, menunda sedekah, atau bersedekah tidak dalam bentuk uang. Misalnya saja:
--- Sedikit saja, yang penting ‘kan ikhlas! Padahal banyak dan ikhlas, jelas-jelas itu lebih baik tho? Dan hingga detik ini, saya tidak menemukan satu pun dalil agama untuk bersedekah sedikit. Yang ada hanyalah dalil-dalil untuk bersedekah banyak-banyak, sering-sering, dan segera. Sudahlah, jangan pelit!
--- Ah, tidak perlu banyak begitu. Ntar bisa riya, ujub, dan sombong lho! Padahal bukankah lebih baik bersedekah lebih banyak, lebih sering, dan lebih segera, sambil memelihara keikhlasan? Btw, ikhlas itu omongan para pemula. Mereka yang sudah terbiasa bersedekah, selalu lupa sudah sedekah berapa, sedekah di mana, sedekah kepada siapa. Sudahlah, jangan banyak alasan!
--- Siapa bilang sedekah itu harus dalam bentuk uang? Senyum itu ‘kan sedekah. Amal baik juga sedekah. Ilmu juga sedekah. Nah, ini ada benarnya. Hanya saja, itu semua tidak cukup. Tetap perlu sedekah dalam bentuk uang. Makanya muncul angka 2,5%, 10%, 10 kali lipat, dan 700 kali lipat. Sudahlah, jangan ngeles terus!
=======================================================
Salah seorang guru sekaligus sahabat saya bersedekah Rp 10 juta setiap harinya. Sahabat saya yang lain bersedekah Rp 2 miliar setiap bulannya. Dengerin beginian, orang-orang yang bermental miskin pasti langsung berseru, “Gimana caranya ya, saya bisa dapat sedekah sebesar itu?” Sebaliknya, orang-orang yang bermental kaya akan berseru, “Gimana caranya ya, saya bisa bersedekah sebesar itu?” (Hayo jujur, Anda termasuk yang mana?)
Setiap kali saya mengajak untuk memberi, menyumbang, berderma, atau bersedekah dalam jumlah jor-joran, orang-orang kiri (kuat otak kirinya) selalu punya segerobak alasan untuk ‘menyelamatkan’ dompetnya. Pokoknya, ada-ada saja alasan mereka untuk memperkecil jumlah sedekah, menunda sedekah, atau bersedekah tidak dalam bentuk uang. Misalnya saja:
--- Sedikit saja, yang penting ‘kan ikhlas! Padahal banyak dan ikhlas, jelas-jelas itu lebih baik tho? Dan hingga detik ini, saya tidak menemukan satu pun dalil agama untuk bersedekah sedikit. Yang ada hanyalah dalil-dalil untuk bersedekah banyak-banyak, sering-sering, dan segera. Sudahlah, jangan pelit!
--- Ah, tidak perlu banyak begitu. Ntar bisa riya, ujub, dan sombong lho! Padahal bukankah lebih baik bersedekah lebih banyak, lebih sering, dan lebih segera, sambil memelihara keikhlasan? Btw, ikhlas itu omongan para pemula. Mereka yang sudah terbiasa bersedekah, selalu lupa sudah sedekah berapa, sedekah di mana, sedekah kepada siapa. Sudahlah, jangan banyak alasan!
--- Siapa bilang sedekah itu harus dalam bentuk uang? Senyum itu ‘kan sedekah. Amal baik juga sedekah. Ilmu juga sedekah. Nah, ini ada benarnya. Hanya saja, itu semua tidak cukup. Tetap perlu sedekah dalam bentuk uang. Makanya muncul angka 2,5%, 10%, 10 kali lipat, dan 700 kali lipat. Sudahlah, jangan ngeles terus!
Langganan:
Postingan (Atom)