22 Maret, 2012

Sri Gethuk, Rancang Kencono

Setelah membaca beberapa blog dan melihat fotonya saya langsung tertarik untuk mengunjungi air terjun Sri Gethuk yang katanya ada 'Grand Canyon' juga di sana. Rencana awal saya mengajak beberapa orang teman dari Yogyakarta, tapi pada waktu hari H yang bisa ikut cuma +Toto Prayogo  (seorang lagi +Iwandhana Gk ketemu di lokasi). Tapi lumayan masih bisa dijadikan guide ke sana karena saya sendiri buta jalanan Yogyakarta. Lokasi Sri Gethuk berada di Desa Bleberan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Rute lengkapnya silakan lihat pada peta di bawah ini. Lokasi A adalah Air Terjun Sri Gethuk sedangkan B itu Goa Rancang Kencono.

Koordinat GPS: S7°56'36" E110°29'21" | S7.943333 E110.489167

View Larger Map

sungai Oya

Air Terjun ini sebenarnya juga belum ada 2 tahun ini dikenal luas oleh masyarakat luar Gunung Kidul. Siapa sangka di Gunung Kidul yang terkenal tandus itu ada Air Terjun yang mengalir tanpa mengenal musim. Seperti 7 Bidadari, air terjun ini bukan tergolong air terjun yang tinggi. Tapi keindahan ngarai, sungai, bebatuan berundak dan pemandangan sekitarnya yang membuat air terjun ini begitu istimewa (setidaknya menurut saya). Lokasinya di pinggir sungai Oya (baca: Oyo) di Desa Bleberan. Biaya masuk (per 4 Maret 2012) parkir Rp 1,000,-/motor, Rp 3,000,-/mobil dan Rp 2,000,-/orang. Biaya sudah termasuk 2 tempat wisata air terjun dan goa. Dari parkiran rute ke air terjun ada 2; yang satu lewat persawahan, satunya melalui sungai Oya dengan menaiki rakit bermotor (atau apalah namanya) dengan biaya Rp 5,000 per orang pergi pulang. Jika pas ramai bisa antri sampe beberapa jam karena rakit yang beroperasi hanya 2. Salah satu hal yang menarik pada waktu melewati sungai Oya adalah adanya pemandangan mirip Grand Canyon yang ada di Amerika. Selain ngarai, di sepanjang sungai yang dilewati kita akan disuguhkan dengan pemandangan air terjun kecil, dan hijaunya pemandangan yang tidak kalah cantiknya dengan air terjunnya itu sendiri. Kita bisa ke air terjun tanpa harus bayar (dan antri) lewat sawah, tapi kita yang rugi sendiri karena tidak bisa melihat hijaunya ngarai.

03 Maret, 2012

Puisi untuk bidadari


Kutuliskan pagi ini untukmu
Engkau yang digambarkan dengan indah olehNya
Lam yathmishunna insun qoblahum wa la jaann
Belum tersentuh sebelumnya oleh manusia dan jin

Kucoba tulis dengan sepenuh hati
Mudah-mudahan kau baca dengan matamu
yang pula dibentuk tanpa cela olehNya
Wa huurun ‘iin … Bermata jeli

Jika Surga disebut ayat suci dengan maqoomin aamin
Tempat yang aman
Maka disanalah orang-orang yang dadanya penuh keyakinan
Melabuhkan harapan …

Kutuliskan puisi sederhana ini untukmu
Dengan ribuan pertanyaan
Adakah mungkin maqoomin aamin itu terbit di dunia
Tempat dimana kutitipkan harapan

Allah pula yang telah menciptakan aku
Sehingga kuserahkan padaNya pula penguasaan atas diriku
Mudah-mudahan Ia yang tetapkan hatiku memilihmu
Agar nanti padaNya saja kuserahkan penjagaan dirimu

Wahai yang diibaratkan olehNya dengan kalimat sempurna
Kaannahunna al yaquutu wal marjan
Permata yakuut dan marjan
Padamu kutuliskan rangkaian kata sederhana ini

Tak ada yang sempurna dalam pandangan manusia
Begitu pula aku dengan kesadaran atau tidak
Pastilah penuh cela dan aib yang belum kau sangka
Biar kuhibur hatiku dengan janji itu : Wa wa jadaka-a ‘iilan fa aghna

Engkau adalah ayatnya
Wa min aayatihi
Dari jenisku sendiri
An kholaqolakum min anfusikum azwajaa

Kuharap temukan ketentraman disana
Litaskunu ilaiha
Semoga keridhoanNya mengantarkan pada kasih dan sayang
Wa ja’ala bainakum mawadah wa rahmah
Sehingga makin terbuka akal kita akan kesyukuran dan kesabaran
Karena sungguh
Inna fi dzalika la aayatin li qaumin yatafakkaruun

Kini biar kujaga diriku
Agar nanti bisa tercapai asa itu bersamamu dalam sebuah mitsaqan ghaliza
Wahai bidadari di serambi hatiku
Khairaatun hisaan … huurun maqshuuraatun fiil khiyaam …

Amin ya Robbal ‘Alamin



Oleh : Reza Ervani
Bandung, 5 Maret 2008
Usai Subuh di Tepian Hati yang Bergemuruh